Meninjau Kembali Paradigma Persetujuan Bangunan Gedung: Konvensional

 


Paradigma persetujuan bangunan gedung konvensional merujuk pada pendekatan yang umumnya telah lama digunakan dalam proses persetujuan dan pembangunan bangunan sebelum munculnya perhatian yang lebih besar terhadap keberlanjutan dan dampak lingkungan. Berikut adalah beberapa karakteristik dari paradigma persetujuan bangunan gedung konvensional:

Baca juga: Apakah Arsitektur dalam Bangunan Itu Wajib?

1. Fokus Utama pada Estetika dan Fungsionalitas:

Dalam paradigma konvensional, fokus utama sering kali tertuju pada aspek estetika dan fungsionalitas bangunan. Kriteria seperti penampilan visual dan kesesuaian dengan kebutuhan fungsional menjadi penentu utama dalam proses persetujuan.

Baca juga: Tidak Melakukan Audit Struktur, Apa Yang Akan Terjadi?

2. Kurangnya Pemahaman tentang Keberlanjutan:

Sebelum meningkatnya kesadaran tentang dampak lingkungan, paradigma konvensional cenderung mengabaikan atau kurang mempertimbangkan isu-isu keberlanjutan seperti efisiensi energi, manajemen air, dan penggunaan bahan berkelanjutan.

Baca juga: Mengapa Manajemen Konstruksi diperlukan?

3. Tidak Konsisten dalam Memasukkan Aspek Lingkungan:

Paradigma konvensional dapat kurang konsisten dalam memasukkan pertimbangan lingkungan dalam proses persetujuan. Aspek-aspek lingkungan sering kali dianggap sebagai pertimbangan sekunder dan tidak selalu menjadi fokus utama.

Baca juga: Manajemen Konstruksi

4. Prioritas Ekonomi dan Praktisitas:

Keputusan dalam paradigma konvensional sering dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi dan praktisitas, termasuk biaya konstruksi dan operasional. Hal ini dapat mengakibatkan penggunaan solusi yang mungkin tidak paling berkelanjutan, tetapi lebih terjangkau secara finansial.

Baca juga: Manajemen Konstruksi Menurut Para Ahli

5. Tidak Selalu Menerapkan Teknologi Terbaru:

Paradigma konvensional mungkin tidak selalu menerapkan teknologi terbaru dalam desain dan konstruksi. Ini bisa mengakibatkan penggunaan teknologi yang kurang efisien dalam penggunaan sumber daya.

Baca juga : Memahami Proses Penilaian Properti dalam Persetujuan Bangunan Gedung

6. Tidak Konsisten dalam Mengukur Kinerja Lingkungan:

Paradigma konvensional mungkin tidak memiliki metrik yang jelas untuk mengukur kinerja lingkungan dari suatu bangunan. Evaluasi kinerja lingkungan sering kali minim atau tidak terstruktur.

Baca juga: Peran Notaris dalam Persetujuan Bangunan Gedung dan Pemiliknya

7. Kurangnya Fokus pada Kesehatan dan Kesejahteraan Penghuni:

Kesehatan dan kesejahteraan penghuni mungkin tidak selalu menjadi prioritas utama dalam paradigma konvensional. Aspek-aspek seperti kualitas udara dalam ruangan, pencahayaan alami, dan akses ke ruang terbuka seringkali kurang diperhatikan.

Meskipun paradigma konvensional masih digunakan dalam banyak kasus, semakin banyak pemangku kepentingan yang beralih ke paradigma persetujuan bangunan gedung berkelanjutan. Ini mencerminkan pergeseran menuju kesadaran yang lebih besar terhadap keberlanjutan, efisiensi sumber daya, dan dampak lingkungan yang lebih rendah dalam proses persetujuan dan pembangunan bangunan gedung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran IMB dalam Pengendalian Zonasi Perkotaan

Mengelola Logistik Konstruksi Hotel yang Rumit

Kontraktor Hotel dan Membangun Hotel Ramah Aksesibilitas